Kata orang “cinta pertama tidak pernah mati”. Kata orang, kenangan cinta pertama a
kan terus membekas di hati, bahkan apabila kita ternyata “berjodoh” dengan orang lain dan menghabiskan waktu sampai menua bersamanya.
Hmm…
Masa sih?
Memangnya, apa sih spesialnya si “cinta pertama” ini sampai-sampai kita nggak bisa melupakan dia? Apa sih, hebatnya dia?
Trus gimana dengan cinta kita yang sekarang? Pasangan kita saat ini, dia cinta yang keberapa?
Bukan, pertanyaan yang lebih tepat adalah, “berarti kita nggak mencintai dia, dong?”
Berarti dia hanya sekedar status karena hati dan cinta kita masih dan akan selamanya dimiliki sang “cinta pertama”?
Berarti, dia hanya memiliki secuil kasih sayang kita?
Seringkali cinta pertama menjadi sulit dilupakan karena kita memberi label “pertama” pada cinta itu. Manusia sejak kecil tumbuh dengan “budaya” bahwa segala sesuatu yang pertama dianggap spesial.
Pertama kali belajar naik sepeda…
Pertama kali naik pesawat…
Pertama kali dibawa ayah keliling kota naik mobil…
Hari pertama masuk sekolah…
dsb.
Menurut aku, pandangan “cinta pertama tidak pernah mati” itu berlebihan. Sesuatu yang, kita manusia, memolesnya sendiri. Dimanis-manisin. Padahal yang sesungguhnya adalah kita hanya terlalu pengecut untuk mengakui bahwa kita terjebak dan tidak bisa keluar dari masa lalu.
Coba bayangkan, kalau kita sekarang sudah punya pacar atau suami/istri, tapi menurut kita cinta pertama kita (cinta sebelumnya) tidak pernah mati, tidakkah sepantasnya kita bertanya pada diri sendiri…
Apa yang kita lakukan sekarang?
Siapa yang sedang kita bohongi? Diri kita? atau pasangan kita?
Bukankah ini namanya berkhianat?
Bukankah ini sama saja kita menyakiti orang yang menyayangi kita?
Tidakkah kita menyayangi pasangan kita ini?
Atau kita memang sayang, tapi… sedikit?
aku pribadi nggak terlalu yakin cinta pertamaku yang mana. Kalau yang pertama ditaksir sih tau. Dan kalaupun diingat-ingat, pengalaman itu sekarang udah nggak memberi efek perasaan apa-apa. Cuma sekedar ingat. Mungkin lebih tepatnya, ak nggak percaya yang namanya cinta pertama. Karena rasanya tiap jatuh cinta, ini yang pertama. Ketika ak jatuh cinta, hati ak benar-benar buat satu orang saja. Ak merasa dialah masa sekarang dan juga masa depanku. Well, ak memang nggak bisa menjamin masa depan, tapi paling nggak, itulah yang ak rasakan saat sedang jatuh cinta.
Nggak ada tuh, masa lalu membayang-bayangi. Nggak pernah mikirin orang yang pernah ak cintai sebelum dia. Bahkan kalaupun dipaksa mikir, nggak berasa apa-apa, tuh.
Kalau kata film, novel, dan lagu “cinta pertama tidak pernah mati”, ak nggak pernah merasa begitu.
Ak terlalu tidak mengerti dan tidak habis pikir kenapa orang-orang bisa berpikir demikian tentang cinta masa lalu mereka.
Masa lalu harusnya benar-benar menjadi masa lalu. Karena mereka sudah berlalu.
Aku pernah mencintai seseorang dengan teramat sangat, dulu, sebelum hidup akhirnya mengatakan bahwa dia tidak tercipta untuk ak, sebelum akhirnya ak bisa move on sepenuhnya, sebelum akhirnya ak jatuh cinta lagi dengan teramat sangat pula.
Kalau kata film, novel, atau lagu (yang menurut aku berlebihan itu) cinta pertama tidak pernah mati, ah, kata siapa? Setelah kita udah bener-bener move on, perasaan cinta lama hilang nggak berbekas, tuh.
Mungkin orang yang merasa cinta pertamanya tak akan pernah mati hanya sulit sekali melepaskan diri dari masa lalunya.
Perjalanan cinta aku beberapa kali seperti siklus. Dimulai dari rasa ketertarikan, lalu jatuh hati, lalu cinta banget, lalu karena satu dan lain hal, akhirnya patah hati. Setelah bisa menerima keadaan dan move on sepenuhnya, selang beberapa waktu (biasanya cukup lama sampai hati aku benar-benar siap), akupun jatuh cinta lagi. Semua berjalan secara alami. Tanpa dipaksa, tanpa diburu, tanpa terikat masa lalu. Dan setiap kali aku jatuh cinta, aku bener-bener mencintai pasangan aku.
Aku rasa kisah cinta gue akan begitu seterusnya, sampai suatu hari nanti hidup mengantarkanku ke sebuah peristiwa di mana semua “siklus cinta” tadi akan berhenti. Cintaku yang entah ke-berapa itu pun akan menjadi cinta terakhirku. Dan cinta terakhir adalah satu-satunya cinta yang aku percaya tidak akan pernah mati. Cinta sejati.
Lagipula, tidaklah penting siapa yang menjadi cinta pertama, yang paling penting adalah siapa yang menjadi cinta terakhir.
No comments:
Post a Comment